Donyaning Bocah_Tekad anak kambing mungil
(Donyaning Bocah)
Tekad anak kambing mungil
Penulis :
Arfianto Wisnugroho
Pagi itu Wed berlari sekencang yang ia bisa. Melewati jalan berbatu, meloncati parit yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah rumah penduduk di kampung. Sesekali Wed terjatuh karena tidak sampai kakinya ke ujung parit yang ia lompati. Meski demikian, Wed juga terhibur dengan hijaunya kampung Kemb. Hampir semua tumbuhan di Desa tumbuh dengan subur. Selama ini juga tidak pernah ada bencana yag terjadi dilingkungan tersebut.
Sampailah Wed dibawah
kaki bukit. Ternyata tidak semudah itu untuk sampai ke tempat Pak Kuh. Semua yang
sudah dilewati dari tadi hanyalah awal perjuangan menuju rumah tua yang dari
tempat Wed sekarang berdiri hanya terlihat atapnya saja.
Sebenarnya ada dua
jalan untuk menuju rumah Pak Kuh, pertama adalah jalan yang dilewat Wed sekarang.
Wed sengaja memilih jalan tersebut karena menurut cerita, jalan inilah yang mungkin
bisa dilewati. Meski demikian Wed tidak berpikir semua akan mudah.
Setelah berjalan cukup
lama, Wed merasa lelah, seolah-olah jalan ini tidak berujung. Setiap Wed sampai
pada suatu belokan, Wed merasa bahwa ia akan segera sampai. Tapi tidak demikian,
hal yang sama selalu terjadi berulang. Wed mulai kehilangan tenaga, meski ia selalu
bisa melihat atap rumah Pak Kuh disetiap jalan Wed tetap saja merasa masih
jauh.
Kaki mungil Wed mulai
lemas, rasa kantuk juga datang karena rasa kelelahan. Jalan Wed juga sudah
sempoyongan, tenaganya sangat terkuras. Dan akhirnya...!.
“Bruk...!”, Wed terjatuh
didekat pohon Asam.
“Huh,,,”, desah Wed.
“Apapun yang terjadi,
aku harus sampai”, suara Wed terdengar sangat lirih.
Beberapa saat kemudian
terdengar suara kaki yang mendekat. Wed tidak tahu pasti suara apa itu, yang ia
tahu kalau suara itu mirip hentakan kaki kuda yang melaju dengan cepat.
“Throk, tok.. throk,
tok... throk, tok...!”
Tiba-tiba saja Wed
melihat seekor Kerbau yang sangat besar,
terikat sesuatu seperti gerobak dibelakangnya. Kerbau tersebut berhenti
tepat disamping Wed.
“Hai Wed, naiklah ke gerobak
dibelakangku, akan kuantar ketempat yang ingin kamu tuju”, kata kerbau tersebut
kepada Wed.
Tanpa pikir panjang
Wed naik ke gerobak tersebut. Wed akhirnya sampai ditempat tujuan, rumah
Pak Kuh.
Pesan moral :
Jangan pernah menyerah, berusahalah sekuat tenaga. Yakinlah kala bantuan akan
ada saat kita menjadi lelah dalam usaha.
Semangat Wed
BalasHapusSiip
BalasHapus