Donyaning Bocah_Rolebm, bukan Namanya

 (Donyaning Bocah)

Rolebm, bukan Namanya

Penulis : Arfianto Wisnugroho

 

            Ini adalah cerita ratusan tahun lalu. Ketika semua masih bisa terhubung melalui sebuah celah. Rolebm muda yang masih berusia enam tahun sangat senang bermain di taman. Tentu ia harus keluar dari celah. Jalan satu satunya untuk sampai ke taman.

            Rolebm tinggal di dunia yang terhubung ke taman. Tidak banyak yang tahu, kalau hanya melalui sebuah celah bisa berada di dunia lain yang berbeda dari tempat ia lahir. Rolebm biasa pergi ke taman tanpa sepengetahuan siapapun, bahkan orang tuanya. Itu karena celah penghubung taman ke dunianya berada di balik batu raksasa di belakang rumahnya. Entah apa yang terjadi, batu tersebut akan melelehkan apa saja yang berada di sekitarnya  setelah 200 tahun. Itu terjadi terakhir kali saat Rolebm berusia dua tahun.

            Di dunia Rolebm lahir, semua aktivitas penduduk dibantu menggunakan alat modern. Banyak alat modern yang digunakan merupakan penemuan baru oleh seorang ilmuwan ternama yang tidak lain adalah ayah Rolebm. Semua alat yang dibuat ayah Rolebm boleh dipergunakan oleh semua penduduk untuk kepentingan bersama. Namun tidak dengan satu alat misterius yang terletak di pusat kota. Itu adalah alat yang sangat luar biasa. Namun jika disalah gunakan bisa membuat kehancuran.

            Suatu hari ayah Rolebm tiba-tiba membuka pintu kamar. Rolebm yang tertidur pulas langsung diangkat dibawa keluar. Rolebm hanya merasa ada yang membawanya. Samar-samar ia dapat mendengar teriakan. Suara terakhir ayah dan ibu Rolebm tidak jelas. Hanya saja ia dititipkan kepada seorang kepercayaan mereka. Terngiang di telinga Rolebm, “duniamu adalah tempat yang nyaman baginya.”

            Perlahan Rolebm mulai terbangun. Saat itu ia sudah berada di gendongan yang kuat. Suara teriakan makin ia dengar jelas. Ketika ia bisa membuka matanya, seseorang membawanya menuju batu besar di belakang rumahnya. Tidak tahu siapa yang membawanya, malam itu terasa lebih gelap dari biasanya.

            “Tenang saja, kita akan aman,” suara itu terdengar jelas.

            Rolemb yang sudah benar-benar bangun mencoba melepaskan diri dari gendongan. Namun sekuat apa ia mencoba, gendongan tidak terbuka sedikitpun.

            “Lepaskan...!” teriak Rolemb sambil terus mencoba melepaskan diri.

            Usaha Rolemb tidak membuahkan hasil. Ia hanya bisa melihat segalanya hancur. Kobaran api telah melahap rumahnya bahkan seluruh kota. Rolebm sadar kemana ia akan dibawa  pergi. Rolemb kecil akhirnya berteriak, memanggil kedua orang tuanya.

            “Tidak...!” Ayah... Ibu....”  

            Rolebm dibawa lari meninggalkan semuanya seiring dengan hancurnya perbukitan di belakang rumahnya. Tanah dan bebatuan menutup batu besar tersebut.

            “Bruk...!” hantaman keras ke tanah. Rolebm jatuh bersama dengan seekor Jerapah yang kekar. Dibandingkan dengan dia saat itu, jerapah itu jauh lebih besar darinya. Rolebm yang terlepas dari gendongan berlari menuju celah. Namun semua sia-sia. Celah tidak dapat terbuka.

            “Percuma saja, itu sengaja ditutup agar tidak dapat dibuka lagi,” ucap Jerapah tersebut.

Rolebm hanya bisa menangis. Seketika itu, Jerapah memegang pundaknya. “Led, bangsa Kor telah mengambil semuanya, Rolebm telah dikhianati.”

“Mungkin, aku adalah bangsa Rolebm yang tersisa.”

 

Pesan moral     :

Jadilah penolong bagi yang membutuhkan, percaya akan ada hal yang baik dikemudian hari.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Donyaning Bocah_Kekuatan Besar Wed, Hancurnya Mop

Donyaning Bocah_Tiga Hal yang Harus Dilakukan (Bagian 2)

Donyaning Bocah_ Nget, pemula yang akhirnya belajar